Kamis, 28 Desember 2017

Audit Teknologi Sistem Informasi, Penulisan

RANGKUMAN TUGAS 1-3
AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI


Audit teknologi informasi (Inggris: information technology (IT) audit atau information systems (IS) audit) adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh. Audit teknologi informasi ini dapat berjalan bersama-sama dengan audit finansial dan audit internal, atau dengan kegiatan pengawasan dan evaluasi lain yang sejenis. Pada mulanya istilah ini dikenal dengan audit pemrosesan data elektronik, dan sekarang audit teknologi informasi secara umum merupakan proses pengumpulan dan evaluasi dari semua kegiatan sistem informasi dalam perusahaan itu. Istilah lain dari audit teknologi informasi adalah audit komputer yang banyak dipakai untuk menentukan apakah aset sistem informasi perusahaan itu telah bekerja secara efektif, dan integratif dalam mencapai target organisasinya.

Tujuan Audit Sistem Informasi menurut Ron Weber yaitu:
a)   Meningkatkan keamanan aset-aset perusahaan.
b)   Meningkatkan data dan menjaga integritasi data.
c)   Meningkatkan efektifitas sistem
d)   Meningkatkan efisiensi sistem
e)   Ekonomis

Dalam audit, terdapat standar kontrol yang bernama COBIT. Control Objective for Information & Related Technology (COBIT) adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009).

Lingkup kriteria informasi yang sering menjadi perhatian dalam COBIT yaitu Effectiveness, Efficiency, Confidentiality, Integrity, Availability, Compliance, dan Reliability. COBIT mengelompokkan semua aktivitas bisnis yang terjadi dalam organisasi menjadi 34 proses yang terbagi ke dalam 4 buah domain proses, meliputi:

a.      Planning & Organization
Domain ini mencakup:
·         PO1 – Menentukan rencana strategis
·         PO2 – Menentukan arsitektur informasi
·         PO3 – Menentukan arah teknologi
·         PO4 – Menentukan proses TI, organisasi dan hubungannya
·         PO5 – Mengelola investasi TI
·         PO6 – Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen
·         PO7 – Mengelola sumber daya manusia
·         PO8 – Mengelola kualitas
·         PO9 – Menilai dan mengelola resiko TI
·         PO10 – Mengelola proyek


b.      Acquisition & Implementation.
Domain ini meliputi:
·         AI1 – Mengidentifikasi solusi yang dapat diotomatisasi.
·         AI2 – Mendapatkan dan maintenance software aplikasi.
·         AI3 – Mendapatkan dan maintenance infrastuktur teknologi
·         AI4 – Mengaktifkan operasi dan penggunaan
·         AI5 – Pengadaan sumber daya IT.
·         AI6 – Mengelola perubahan
·         AI7 – Instalasi dan akreditasi solusi dan perubahan.

c.       Delivery & Support.
Domain ini meliputi:
·         DS1 – Menentukan dan mengelola tingkat layanan.
·         DS2 – Mengelola layanan dari pihak ketiga
·         DS3 – Mengelola performa dan kapasitas.
·         DS4 – Menjamin layanan yang berkelanjutan
·         DS5 – Menjamin keamanan sistem.
·         DS6 – Mengidentifikasi dan mengalokasikan dana.
·         DS7 – Mendidik dan melatih pengguna
·         DS8 – Mengelola service desk dan insiden.
·         DS9 – Mengelola konfigurasi.
·         DS10 – Mengelola permasalahan.
·         DS11 – Mengelola data
·         DS12 – Mengelola lingkungan fisik
·         DS13 – Mengelola operasi.

d.      Monitoring and Evaluation.
Domain ini meliputi:
·         ME1 – Mengawasi dan mengevaluasi performansi TI.
·         ME2 – Mengevaluasi dan mengawasi kontrol internal
·         ME3 – Menjamin kesesuaian dengan kebutuhan eksternal.
·         ME4 – Menyediakan IT Governance.


Dengan adanya domain diatas, maka dengan audit dapat membantu seorang penyidik untuk melakukan forensik yang bertujuan membantu mencari solusi dari suatu masalah. Selain itu, timbulah masalah baru yaitu Cyber Crime yang banyak menyita perhatian netizen dan mengarah ke hal yang negatif. Oleh karena itu dibentuk IT Forensik/Forensik Digital yang berfokus terhadap masalah tersebut.

Forensik digital merupakan bagian dari ilmu forensik yang melingkupi penemuan dan investigasi materi (data) yang ditemukan pada perangkat digital. Sebagai ilmu yang masih baru, masih dibutuhkan pemahaman dan kemampuan untuk menguasai ilmu ini. Penguasaan ilmu ini tidak hanya ditujukan pada kemampuan teknis semata tetapi juga terkait dengan bidang lain, seperti bidang hukum. Pemanfaatan teknologi informasi sudah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari manusia Indonesia. Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2013), jumlah pengguna internet Indonesia saat ini sudah mencapai 63 juta orang.

Forensik digital dapat dibagi lebih jauh menjadi forensik yang terkait dengan komputer (host, server), jaringan (network), aplikasi (termasuk database), dan perangkat (digital devices). Masing-masing memiliki pendalaman tersendiri.

Kamis, 30 November 2017

Audit Teknologi Sistem Informasi, Tugas 3

REVIEW JURNAL
“SEKILAS MENGENAI FORENSIK DIGITAL”
Oleh: Budi Raharjo
diakses pada tanggal 30 November 2017, Pukul 10.20 WIB


Untuk melihat jurnal tersebut, silahkan klik Disini

1.      Latar Belakang

Pemanfaatan teknologi informasi sudah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari manusia Indonesia. Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2013), jumlah pengguna internet Indonesia saat ini sudah mencapai 63 juta orang.

Forensik digital merupakan bagian dari ilmu forensik yang melingkupi penemuan dan investigasi materi (data) yang ditemukan pada perangkat digital. Sebagai ilmu yang masih baru, masih dibutuhkan pemahaman dan kemampuan untuk menguasai ilmu ini. Penguasaan ilmu ini tidak hanya ditujukan pada kemampuan teknis semata tetapi juga terkait dengan bidang lain, seperti bidang hukum.


2.      Metode Penelitian

       Metode yang digunakan pada jurnal tersebut yaitu metode studi pustaka dan pengumpulan data. Penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan data dan informasi yang diperlukan serta berhubungan dengan hal yang akan ditulis.


3.      Kelebihan

            Pada jurnal ini, disebutkan beberapa kehebatan dari digital forensik. Salah satu kehebatan data digital adalah mudahnya data digandakan (diduplikasi). Hasil penggandaan data digital dapat sama persis dengan aslinya, sehingga perlu didefinisikan apa yang disebut asli atau original. Lalu pada jurnal ini disebutkan juga beberapa bagian dari forensik digital, seperti forensik yang terkait dengan komputer, jaringan, aplikasi, dan perangkat.
             

4.      Kekurangan

            Yang dijabarkan pada jurnal masih kurang spesifik, seperti apa yang dilakukan oleh seorang ahli forensik, sistem kinerjanya, tidak disebutkan dalam jurnal tersebut.
  

5.      Kesimpulan 

            Dengan diterbitkannya jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa forensik digital dapat membantu kinerja dari seorang penyidik. Forensik digital merupakan bidang yang baru berkembang tetapi berkembang dengan pesat sejalan dengan pesatnya pemanfaatan teknologi informasi. Dengan adanya forensik digital dapat mengurangi tingkat kejahatan yang terjadi, terutama dalam bidang Cyber Crime. Penguasaan teknologi yang berkembang dengan cepat ini merupakan tantangan bagi penyidik digital dan penegak hukum. Tapi, perlu waktu untuk dapat memahami bagaimana sistem forensik digital ini bekerja.

Jumat, 20 Oktober 2017

Audit Teknologi Sistem Informasi, Tugas 1

AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI

I.                   PENDAHULUAN

Audit teknologi informasi (Inggris: information technology (IT) audit atau information systems (IS) audit) adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh. Audit teknologi informasi ini dapat berjalan bersama-sama dengan audit finansial dan audit internal, atau dengan kegiatan pengawasan dan evaluasi lain yang sejenis. Pada mulanya istilah ini dikenal dengan audit pemrosesan data elektronik, dan sekarang audit teknologi informasi secara umum merupakan proses pengumpulan dan evaluasi dari semua kegiatan sistem informasi dalam perusahaan itu. Istilah lain dari audit teknologi informasi adalah audit komputer yang banyak dipakai untuk menentukan apakah aset sistem informasi perusahaan itu telah bekerja secara efektif, dan integratif dalam mencapai target organisasinya.

Ada beberapa pendekatan yang dapat dipilih oleh seorang auditor apabila menggunakan teknik audit berbantuan komputer, yaitu melakukan pengujian aplikasi atau melakukan pengujian substantif.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan apabila auditor tersebut memilih melakukan pengujian aplikasi adalah:
1.     TestData
Metode ini menggunakan data masukan yang telah dipersiapkan auditor dan menguji data tersebut dengan salinan (copy) dari perangkat lunak aplikasi auditan. Hasil pemrosesan data tersebut akan dibandingkan dengan ekspektasi auditor. Jika ada hasil yang tidak sesuai, mungkin ini suatu indikasi penyimpangan logika atau mekanisme pengendalian.
2.     Integrated Test Facility (ITF)
Adalah suatu pendekatan teknik terotomatisasi yang memungkinkan auditor menguji alur logika dan kendali suatu aplikasi pada saat operasi normal berlangsung.
3.     Parallel Simulation (PS)
Pendekatan ini mengharuskan auditor untuk membuat suatu program yang menyimulasikan fungsi utama tertentu dari aplikasi yang sedang diuji.

Sedangkan untuk melakukan pengujian substantif (misalnya detail transaksi atau saldo perkiraan), maka auditor dapat memilih teknik:
1.     Embadded Audit Module(EAM)
Merupakan suatu teknik dimana satu atau lebih modul program tertentu dilekatkan di suatu aplikasi untuk mencatat secara tersendiri serangkaian transaksi yang telah ditentukan ke dalam file yang akan dibaca oleh auditor

2.     Generalized Audit Software (GAS)
Adalah pendekatan yang menggunakan suatu perangkat lunak tertentu yang dimanfaatkan untuk menyeleksi, mengakses, mengorganisasikan data untuk kepentingan pengujian substantif. Pendekatan ini memungkinkan auditor untuk mengakses dan mengambil berbagai file data ke dalam computer untuk kemudian melakukan berbagai pengujian yang diperlukan. Pendekatan ini merupakan teknik yang paling populer karena relatif lebih mudah karena tidak diperlukan kemampuan teknik komputasi yang cukup mendalam.

II.                TUJUAN

Tujuan Audit Sistem Informasi menurut Ron Weber yaitu:
a)      Meningkatkan keamanan aset-aset perusahaan.
b)      Meningkatkan data dan menjaga integritasi data.
c)      Meningkatkan efektifitas sistem
d)      Meningkatkan efisiensi sistem
e)      Ekonomis

Dua aspek utama tujuan audit sistem informasi yaitu:
a)     Conformance (Kesesuaian)
Yaitu audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kesesuaian seperti kerahasiaan, Integritas, Ketersediaan, Kepatuhan.
b)     Performance (Kinerja)
Yaitu audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kenerja seperti Efektifitas, Efisiensi, Kehandalan.

Tujuan audit sistem informasi secara teknis yaitu:
a)      Evaluasi atas kesesuaian antara rencana strategis dengan rencana tahunan organisasi,rencana tahunan dan rencana proyek.
b)      Evaluasi atas kelayakan struktur organisasi yaitu termasuk pemisahan fungsi dan kelayakan pelimpahan wewennang dan otoritas.
c)      Evaluasi atas pengelolahan personil yaitu termasuk perencanaan kebutuhan, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pendidikan, promosi,mutasi, serta terminasi personil.
d)      Evaluasi atas pengembangan yaitu termasuk analisis kebutuhan, perancangan, pengembangan, pengujian, implementasi, migrasi, pelatihan dan dokumentasi, serta manajemen perubahan.
e)      Evaluasi atas kegiatan operasional yaitu termasuk pengelolaan keamanan dan kenerja pengelolaan pusat data, pengelolaan keamanan dan kenerja jaringan data, pengelolaan masalah dan insiden serta dukungan pengguna.
f)       Evaluasi atas kontinuitas layanan yaitu termasuk pengelolaan backup dan recovery, pengelolaan prosedure darurat, pengelolaan rencana pemulihan layanan, serta pengujian rencana kontijensi operasional.
g)      Evaluasi atas kualitas pengendalian aplikasi yaitu termasuk pengendalian input, pengendalian proses dan pengendalian output.
h)      Evaluasi atas kualitas data/informasi yaitu termasuk  pengujian atas kelengkapan dan akurasi data yang dimasukkan, diproses, dan dihasilkan oleh sistem informasi.


III.             PROSES

Proses Audit dalam konteks teknologi informasi adalah memeriksa apakah sistem informasi berjalan semestinya. Tujuh langkah proses audit sistem informasi yaitu:
a)      Implementasikan sebuah strategi audit berbasis manajemen resiko serta control practice yang dapat disepakati oleh semua pihak
b)      Tetapkan langkah-langkah audit yang rinci
c)      Gunakan fakta atau bahan bukti yang cukup, handal, relevan, serta bermanfaat
d)      Buat laporan beserta kesimpulan berdasarkan fakta yang dikumpulkan
e)      Telaah apakah tujuan audit tercapai
f)       Sampaikan laporan kepada pihak yang berkepentingan
g)      Pastikan bahwa organisasi mengimplementasikan managemen resiko serta control practice.
Perencanaan sebelum menjalankan proses audit dengan metodologi audit yaitu:
a)      Audit subject
b)      Audit objective
c)      Audit Scope
d)      Preaudit planning
e)      Audit procedures and Steps for data gathering
f)       Evaluasi hasil pengujian dan pemeriksaan
g)      Audit report preparation

Berikut struktur isi laporan audit secara umumnya(tidak baku):
a)      Pendahuluan
b)      Kesimpulan umum auditor
c)      Hasil audit
d)      Rekomendasi
e)      Exit interview

A.    Audit Sistem Informasi Berbasis Resiko
Proses dalam pelaksanaan audit sistem informasi berbasis resiko sesuai standar audit yaitu:
a)      Tahap survey pendahuluan,auditor akan berusaha untuk memperolehgambaran umum dari lingkunganyang akan diaudit.
b)      Pemahaman yang lebih mendalam dari seluruh sumber daya yang termasuk di dalam lingkup audit.
c)      Pemahaman sistem pengendalian intern seperti struktus organisasi, kebijakan, prosedur, standar, dan alat bantu kendali lainya.
d)      Mengidentifikasi berbagai resiko yang mungkin timbul di lingkungan audit serta kelayakan rancangan pengendalian intern yang telah ada.
e)      Melakukan pengujian dan pelaksanaan kendali-kendali, jika tidak layak maka auditor akan melakukan pengujian terinci secara mendalam terhadap resiko.
f)       Menyusun laporan audit yang memuat kesimpulan audit, serta tanggapan dari pihak yang diaudit atas rekomendasi yang disampaikan oleh auditor dalam rangka peningkatan pengendalian intern.
Aspek-aspek penilaian resiko dalam proses audit sistem informasi berbasis resiko yaitu:
a)      Tujuan
Yaitu biasanya tercermin dalam misi atau nilai entitas/terdapat dalam rencana perusahaan. Kategori tujuan yaitu:
1.      Tujuan operasi
2.      Tujuan pelaporan keuangan
3.      Tujuan kepatuhan

b)      Identifikasi dan analisa resiko
Yaitu mencakup resiko dalam pencapaian tujuan seperti:
1.      Resiko tingkat entitas
2.      Resiko tingkat aktifitas
3.      Manajemen perubahan

B.     Audit Sistem Informasi Berbasis Kendali
Proses dalam pelaksanaan audit sistem informasi berbasis kendali sesuai standar audit yaitu:
a)      Mengumpulkan bukti-bukti yang memadai melalui berbagai teknik seperti survei, interview, observasi, review.
b)      Jika bukti –bukti berupa bukti elektronis (data bentuk file suftcopy) maka auditor menerapkan sistem teknik audit berbantuan komputer yang disebut CAAT(Computer Aided Auditing Technique) yang bertujuan untuk menganalisa data seperti penjualan, pembelian, transaksi, dan lain-lain)
c)      Sesuai standar auditing ISACA (information System Audit And Control Association)Auditor juga harus menyusun laporan yang mencakup tujuan pemeriksaansifat dan kedalaman pemeriksaan.
d)      Laporan juga harus menyebutkan organisasi yang diperiksa, pihak pengguna laporan yang dituju, dan batasan-batasan distrubusi laporan.
e)      Laporan juga harus memasukkan temuan,kesimpulan, rekomendasi, sebagaimana layaknya laporan audit.

Audit sistem informasi berbasis kendali merupakan  suatu sistem yang mencegah, mendeteksi atau memperbaiki kejadian yang tidak dibenarkan (unlawfulevents) seperti: unautorized (tidak nyambung), innacurrete(kurang baik), incomplete(tidak komplet/tidak sesuai), redundant(mubazir), ineffective, ineffeicient event.tujuanya yaitu untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi dari kejadian yang dibenarkan.
Berdasarkan standar manajemen yang dikeluarkan  oleh Internasional Standar Organization (ISO) yaitu ISO 9001-2000, penilaian kondisi sistem mutu mempunyai 4 skala yaitu:
a)      P (Poor) yaitu sistem mutu praktis belum terbentuk. Disarankan untuk meninjau ulang keseluruhan proses.
b)      W (Weak) yaitu masih banyak elemen sistem manajemen mutu yang tidak sesuai standar.
c)      F (Fair) yaitu beberapa elemen sistem telah sesuai standar tetapi masih ada yang belum sesuai bahkan tidak ada sama sekali.
d)      S (Strong) yaitu Sebagian besar persyaratan ISO 9001-2000 telah dapat dipenuhi oleh sistem.

C.    Audit Sistem Informasi Berbasis Komputer
Dengan dominannya  penggunaan komputer dalam membantu kegiatan operasional diberbagai perusahaan, maka diperlukan standar-standar kontrol sebagai alat pengendali internal untuk menjamin bahwa data elektronik yang diproses adalah benar. Beberapa jenis standar kontrol yaitu:

a)      COSO (Comitte Of Sponsoring Organizationof the treadway commission’s)
Yaitu dibentuk pada tahun 1985 dengan tujuan untuk menyatukan pandangan dalam komunitas bisnis berkaitan dengan isu-isu seputar pelaporan keuangan yang mengandung fraud (penggelapan).Tahun 1992, COSO menyusun dan Menerbitkan Internal Control Integrated Framework yang berisi rumusan definisi pengendalian intern, pedoman penilaian, serta perbaikan terhadap sistem pengendalian intern.Tahun 2004, COSO mengembangkan Internal Control Integrated Framework dengan menambah cakupan tentang manajemen  dan strategi resiko yang disebut ERM (Enterprise Risk Manajement).
Pencapaian tujuan pengendalian intern yang didefenisikan COSO:
1.      Efektifitas dan efisiensi aktivitas operasi
2.      Kehandalan pelaporan keuangan
3.      Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
4.      Pengamanan aset entitas.

b)      COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)
Yaitu alat pengendalian untuk informasi dan tekhnology terkait dan merupakan standar terbuka yang dikembangkan oleh ISACA melalui ITGI (Information and Technology Governance Institute)pada tahun 1992. Tujuan dari COBIT yaitu untuk mengembangkan , melakukan riset dan mempublikasikan suatu standar teknologi informasi yang diterima umum dan selalu up to date untuk digunakan dalam kegiatan bisnis sehari-hari.

c)      SARBOX (Sarbanes-Oxley Act)
Yaitu merupakan peraturan yang ditandatangani Presiden George W.Bush tanggal 30 juli 2012 untuk mereformasi dunia pasarmodal Amerika Serikat. Tujuan SARBOX yaitu:
1.      Meningkatkan akuntabilitas manajemen dengan memastikan bahwa manajemen akuntan dan pengacara memiliki tanggung jawab atas informasi keuangan yang menjadi tanggung jawab mereka.
2.      Meningkatkan pengungkapan dengan berusaha untuk menyatakan bahwa beberapa kejadian kunci dan transaksi luar biasa tidak mendapatkan pengawasan hanya karena tidak disyaratkan untuk diungkap di publik.
3.      Meningkatkan pengawasan rutin yang lebih intensif oleh SEC.
4.      Meningkatkan akuntabilitas akuntan.

d)      ISO 17799
Yaitu standar untuk sistem manajemen keamanan informasi meliputi dokomen kebijakan keamanan informasi, alokasi keamanan informasi tanggung-jawab,menyediakan semua para pemakai dengan pendidikan dan pelatihan didalam keamanan informasi, mengembangkan suatu sistem untuk pelaporan peristiwa keamanan, memperkenalkan virus kendali, mengembangkan suatu rencana kesinambungan bisnis, mengendalikan pengkopian perangkat lunak kepemilikan, surat pengantar arsip organisatoris, mengikuti kebutuhan perlindungan data, dan menetapkan prosedure untuk mentaati kebijakan keamanan.

e)      BASEL II
BASEL II dibentuk yaitu sebagai penerapan kerangka pengukuran bagi risiko kredit, sistem ini mensyaratkan Bank-bank  untuk memisahkan eksposurnya ke dalam kelas yang lebih luas, yang menggambarkan kesamaan tipe debitur(hutang).






DAFTAR PUSTAKA: